

Probolinggo,cakramedianews.com- Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering terlambat lima menit sebagai budaya tak tertulis, Pemerintah Desa Patemon tampil beda. Sejak matahari belum terlalu tinggi, tepat pukul 07.30 WIB, perangkat desa sudah bersiap, bukan untuk minum kopi berlama-lama, tapi memulai aktivitas kerja hingga pukul 14.00 WIB. Lima hari kerja, Senin sampai Jumat, cukup untuk membuktikan bahwa desa kecil pun bisa tertib seperti jam Swiss.
Namun yang paling menarik adalah tradisi mulia setiap hari Senin. Alih-alih mengeluh tentang “Monday blues,” para perangkat desa Patemon justru antusias mengikuti briefing pagi yang dipimpin langsung oleh Kepala Desa Baginda Purnomo. Dalam forum yang lebih formal dari grup WhatsApp RT, Pak Kades membedah kegiatan pekan lalu dan membocorkan rencana kerja ke depan. Evaluasi tajam dan arahan strategis disampaikan dengan semangat khas ala bapak desa yang tahu betul bagaimana menata kampung dengan visi, bukan sekadar basa-basi.
“Kita tidak ingin bekerja sekadar datang absen. Semua harus tahu apa yang dikerjakan dan kenapa itu penting,” tegas Pak Kades, yang tampaknya sudah hafal isi kalender kerja lebih dari hafal tanggal ulang tahun sendiri.
Sekretaris Desa, Saiful, juga angkat bicara dengan gaya khasnya yang lugas, “Jam kerja bukan sekadar angka, tapi cermin kedisiplinan. Kalau kita bisa bangun pagi demi handphone, kenapa tidak demi masyarakat?” katanya sambil tersenyum, setengah serius setengah sindir.
Dengan budaya kerja yang rapi, briefing yang rutin, dan semangat yang (katanya) tidak pernah surut, Desa Patemon seolah ingin berkata: kami mungkin desa, tapi cara kerja kami bukan sembarangan. AyuDW.
